Sunday, February 28, 2010

Aku ini binatang jalang

Chairil Anwar




AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943




Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dalam karyanya berjudul Aku [2]) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia.

(Ketahui lebih lanjut sila klik ke Wikipedia)


Tiba-tiba aku teringat kepada Chairil Anwar

kepada sajak-sajak Chairil

kepada orang-orang mati dan

sajak-sajak orang yang mati

.....jika aku juga mati apakah kau masih ingat aku?


aku





aku datang bagai air
bersama rintisan hujan
membasah seluruh bumi kemarau yang gersang
menghijaukan padang lalang
mengembangkan kuntum dihalaman


aku datang bersama api
panas dan membakar
kering dan hangus hatimu oleh aku
sayang dan cemburu
api itu terus membara dalam dada


aku datang bagai angin
tiba-tiba datang dan tiba-tiba menghilang
bersama ribut dan angin kencang
kepala anginku
kau tak akan bersabar menunggu


kurauk air
kugenggam api
kugumpal angin
kusatukan segalanya
kubenaamkan ke dasar bumi
kubunuh segala rasa sayangku
kukorbankan aku
kerana kamu



Saturday, February 27, 2010

waktu atau kamu yang berubah?




waktu atau kamu
yang berubah?
engkau tidak lagi seperti dulu
dan seakan mengusir ku
senang bila aku meminggir


waktu atau kamu
yang berubah?
sukarnya bagimu untuk menyapaku
tidak seperti dulu
selalu meninggalkan pesan
dan menitip rindu


waktu atau kamu
yang berubah?
bila aku sudah tidak kau hargai
ada atau tidak pun kau sudah tidak peduli
kenapakah kamu berubah hati


waktu atau kamu
yang berubah?
bila sayangku semakin bertambah
dan bagimu semakin berkurang


waktu atau kamu
yang berubah?
aku semakin terasa disakiti
dan apakah kamu akan peduli?



Monday, February 22, 2010

bukan aku mengejar pelangi





tiba-tiba aku berdiri dipadang lalang ini
sorang diri
seekor seranggapun tidak berani bersuara
bahkan angin semilir yang selalunya berdesir
terhenti dan mati
aku terkapai-kapai
kemana arahku kemana akan kutuju?
aku ingin mendengar suaramu seperti selalu
tetapi engkau juga sudah tidak memerlukan aku
apakah lagi ertinya hidup ini?
aku berlari-lari mencarimu
ditempat kita pernah bertemu dulu
walaupun aku pasti engkau sudah tidak ada
namun aku tetap berharap
pada jejak langkahmu masih basah disitu
dan ingin aku genggam jari-jemarimu sekali lagi
seperti waktu itu
hangatnya membakar jantung kita
dan degupannya menggoncangkan dada...


aku mencarimu walau aku tahu engkau tidak ada
aku ingin kembali mendengar suaramu
walau aku pasti kau sudah lebih suka membisu
aku dambakan kamu walau engkau sudah
tidak perlukan aku
tiba-tiba ku lihat matahariku gementar
dan mendung
tiba-tiba awan gemawan berlanggaran dan bergetaran
dan mukaku basah oleh rembas hujan
dan airmata
aku melihat pelangi dan aku ingin mengejarnya
tetapi apabila awan berlari aku turut kehilangan pelangiku
aku tidak mampu menahan kamu pergi
aku tidak upaya melukis mimpi
dan bukan aku mengejar pelangi
sayang
aku bukan mengejar pelangi.....

Saturday, February 6, 2010

semakin aku mencari kamu






semakin hari semakin luas lautan rinduku
semakin hari semakin tebal rimba cemburuku
dan aku tersesat didalamnya
dan tak dapat terlepas lagi
dan tak akan terlepas lagi

tatkala aku menimbang antara bunga kapas dan sayap rama-rama
aku terlupa bahawa aku tidak lagi menghilir
menuruti arus air yang mengalir
bahkan meredah bukit dan gunung tinggi
dan akhirnya aku berdiri di tepi gaung
yang curam, yang sangat dalam
lalu kubacakan mentra dari sajak sepiku;
..........
sepi meraung
menggema bagai gunung yang runtuh
ke gaung
dalam sepi ada suara
terperangkap dalam dada...
sepi adalah permulaan malam
kira kegelapan mimpi yang menakutkan
desir angin membunuh sepi
hidup apakah memberikan erti?

tiba-tiba aku terasa angin menderu
dan tubuhku sebagaimana kapas
diterbangkan angin
melayang bagai puing-puing
aku melihat jasadku terlontar ke gaung dalam
namun rohku masih di atas
dan aku mencari kamu
hanya untuk ucapkan selamat tinggal....
.........
'selamat tinggal' kesayanganku
cahaya itu semakin kelam
kelam dan hitam
dan aku tau bahawa rohku telah tenggelam.

Monday, February 1, 2010

bagaimana kalau







bagaimana kalau

tiba-tiba jarum waktu yang berdetik terhenti

dan aku terpaksa pergi

tinggalkan kamu tanpa sempat

bicara dan mengucap akhir kata

bagaimana dapat aku sampaikan pesanan

dan ucap maafku?



bagaimana kalau

tiba-tiba engkau mencari-cari aku

serata pelusuk namun

aku telah tiada lagi disini

tentu terbayang duka dalam hatimu

kerana tak sempat

untukmu mendengarkan pesanan

dan ucap maafku?



bagaimana kalau

itu terjadi hari ini

atau esok atau lusa

sebelum aku sempat

menyampaikan pesanan

dan engkau pula tidak sempat

mendengarkan

permohonan maaf dariku?



bagaimana kalau…

bagaimana kalau….bagaimana kalau…?



aku tetap sayangi kamu……