Wednesday, October 19, 2011

temu16oktober




sekian lama
kita mengenal lewat nama
namun mata tidak bertemu pada titiknya
ada sekali kita hampir
namun dipermainkan kesempatan 
lalu pulang dalam duka
dan sumpah dendam tak terkira

sekali lagi
membina janji
hampir kepada titik tak jadi
hasrat bakal tenggelam jadi mimpi
namun kekuatan mengheret pertemuan
walau hanya pada garisan bersilang
cukup sekadar menghela nafas
bertemu dan berpisah



Tuesday, October 11, 2011

layar cinta




kau melayarkan  perahu cinta
dari pelabuhan ke pelabuhan 
bermain dengan angin 
bertarung dengan gelombang
kasihmu setiap perjalanan
sayangmu satu permainan
begitu saja angin mati, atau
perahumu tertambat di pelabuhan sepi
engkau mula memperdagangkan mimpi
menakluk hati lelaki;
sebuah jembatan emas
7 tempayan air mata dara
7 dulang hati nyamuk
semangkuk darah putera
begitulah permintaan
satu persetujuan untuk satu penolakan -
lelaki terakhir jatuh dicelah kakimu
mendongak dan melihat syurga
taman dan rumput-rumput yang subur
kolam basah dan air yang melimpah,
semalam hujan lebat di hulu 
basah tubuh oleh keringat 
bukan mudah
mendayung sampan menongkah pasang
bukan senang
mengalu lesung yang lama ditinggalkan
nanti mak buyung
akan menyimpul senyum
.....





Monday, October 10, 2011

anak dunia




seorang anak kecik sedang menangis meronta-ronta dan menyentap-nyentap tangannya meronton tangan  ibunya. si kecil ini entah menghendaki apa tiada siapa yang bakal tahu bahkan ibunnya sendiri juga tidak mengerti kerana ia masih kecil untuk menuturkan bicaranya. Dia bukan sebagaimana yassin salleh yang mampu menulis dengan mengungkapkan kata yang indah-indah lewat puisinya, dia juga bukan sebagaimana lattif mohiddin yang mampu melukis keinginannya tentang bagaimana alam ingin dilihatnya dalam keindahan, bahkan dia tidak juga sebagaimana pian habib yang tetap mampu bersuara dalam kebisuannya. mungkin senyap itu lebih indah untuk pian kerananya dia lebih senang  bersuara dengan kalam dan tinta. maka nyata si anak ini masih lemah dan serba kekurangan.

anak itu dan anak-anak sepertinya tetap akan membesar walau sekalipun akan menjadi apa, ibu-bapanya sudah pasti berusaha keras ingin membentuk hidupnya menjadi tokoh namun bukanlah ibu-bapanya yang menentukannya. mereka membentuk hidupnya oleh arus dan suratan takdirnya sendiri, yang membentuk menjadikannya sungai atau tasik atau pasir pantai atau pulau dan lautan. sungai itu deras tasik itu tenang pasir pantai itu sepi pulau itu waspada dan lautan itu tabah. siapalah kita dipandangan mata anak-anak kecil itu? siapakah kita yang tidak mampu membantu memberinya cahaya dan menunjukkannya jalan menyusuri kehidupan? siapalah kita yang hanya mampu melihat mereka kelaparan, kurus dan kering, pucat dan pasi? siapalah kita yang nyata tidak berdaya melakukan apa-apa....sedangkan mereka itu adalah anak dunia!