Chairil Anwar
AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dalam karyanya berjudul Aku [2]) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin,
(Ketahui lebih lanjut sila klik ke Wikipedia)
Tiba-tiba aku teringat kepada Chairil Anwar
kepada sajak-sajak Chairil
kepada orang-orang mati dan
sajak-sajak orang yang mati
.....jika aku juga mati apakah kau masih ingat aku?
3 comments:
Atuk Man bersyukur sangat akhirnya dia dapat cari sajak Chairil Anwar pasal dia hendak hidup seribu tahun lagi dan sajak terakhirnya di pintu mu ku ketuk yang di jadikan nyanyian …cucu cucunya ikut menyanyi bila ada satu Drama yang buat lagu tersbut sebagai latar belakangnya.
Dulu Atuk Man dapat dalam buku nipis “hakikat” buku tu dah hilang masa sibuk menganjurkan kursus sebuah parti polotik dulu, Atuk Man bawa bersama buku itu, pasal ada sajak itu.
Tadi dia terbuka satu buku nipis juga pasal tauhid dia terjumpa balik.
Tapi sebelum itu di selit satu pantun, di mana penulis buku itu nak kaitkan dengan ajaran Tauhidnya.
Cik puan Raja Delingga
Kulit cempedak dalam perahu
Karana tuan (puan) hati ku gila
Makan tak sedap tidur tak tentu.
Kata penulis, Nah, “tuan” atau “puan” itulah tuhannya , illahnya bagi orang yang jatuh cinta.
Firman Allah:
Tiada ada yang sepantasnya ditakuti kecuali Allah(Q.S 9:18)
Dalam buku “ Aqidah Tauhid”, Penulis menekankan kita tak sedari kita mengadakan illah (tuhan) selain Allah bila di selubungi perasaan perasaan takut, bimbang dan lain termasuk cinta dan rindu. Contoh takut tak naik pangkat, illah kita pangkat lah, takut kita biarkan perasaa mendominasi kita hingga tak disedari kita samakan dengan Tuhan..itulah bahayanya.Seperti orang bercinta diatas, tuan atau puannya jadi “illah” nya tanpa di sedarinya. Bahaya!
Sajak sajak Chairil Anwar yang dah lama Atuk Man tak baca.
Kalau sampai waktuku
Ku mahu tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga ‘kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar perluru menebus kulitku
Aku tetap meradang menerajang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
Mengambarkan putus asanya, kurang pendidikan tauhid., ulasan penulis buku itu.
Mungkin sajaknya ini akan di gubah seperti berikut
Kalau sampai waktuku
Ku mahu tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga ‘kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini hamba Allah
Dari gumbulan darah
Merah
Biar perluru menebus kulitku
Ku kan terus mengabadi dan mengabadi
Mengabadi
Hanya pada Allah.
Bagi Atuk Man mungkin Penyair sudah merasa dia tak lama lagi di dunia ini, dia tahu tak mungkin dia boleh hidup seribu tahun lagi, tapi dia expressikan persaan nya sebab dia rasa mati akan menemui dia di dalam waktu yang singkat.
Selepas itu Chairil Anwar akhirnya menerawang jauh seperti senandungnya dalam sajaknya yang terakhir, sebelum di kembali menemui Tuhannya.
Tuhanku.
Di dalam termanggu
Aku masih menyebut nama Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Caya Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin dikelam sunyi
Tuhanku,
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku,
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Dipintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling.
Akhirnya dia sampai kembali kepada Tuhan tidak bisa bepaling, setelah sekian lama mencari Tuhan..mengembara di negeri asing…hingga hidayah di buka untuknya. .
Sebuah kisah sedih campur gembira….naik bulu roma Atuk Man bila sampai ke ke bab “Dipintu-Mu aku mengetuk. Aku tidak bisa berpaling”. Rasa Chairil masih hidup…
Memang sudah di jadikan lagu..namun mungkin penyanyi tidak menempuh alam hakikat jadi kurang impak nya. Sayang sekali.
(sedutan ,blog...http://siraltalmustaqim.blogspot.com/2008/05/perjalanan-hakikat-bahagian-16.html)
wooo komen atas ni dasyat ..
Salam,
Memang baik sekali komen diatas, menjurus kepada Ilmu Tauhid tetapi saya pisahkan antara hasil seni dan Ilmu Agama. Ilmu Tauhid @ Agama masakan dapat disamakan dengan hasil seni seseorang karyawan. Kita hargai hasi seni atas akal fikiran dan kemampuan penciptaannya, namun Ilmu Tauhid @ Agama adalah pegangan di kehidupan ini dalam memandu kita kepada alam abadi dan sujud kepada Pencipta Yang Maha Agung.
Post a Comment