Thursday, March 4, 2010

Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon

WS Rendra




Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon



inilah sajakku
seorang tua yang berdiri di bawah pohon meranggas
dengan kedua tangan kugendongt di belakang
dan rokok kretek yang padam di mulutku


aku memandang jaman
aku melihat gambaran ekonomi
di etalase toko yang penuh merk asing
dan jalan – jalan bobrok antar desa
yang tidak memungkinkan pergaulan
aku melihat penggarongan dan pembusukan
aku meludah di atas tanah


aku berdiri di muka kantor polisi
aku melihat wajah berdarah seorang demonstran
aku melihat kekerasan tanpa undang – undang
dan sebatang jalan panjang
penuh debu
penuh kucing – kucing liar
penuh anak – anak berkudis
penuh serdadu – serdadu yang jelek dan menakutkan


aku berjalan menempuh matahari
menyusuri jalan sejarah pembangunan
yang kotor dan penuh penipuan
aku mendengar orang berkata :


“HAK ASASI MANUSIA TIDAK SAMA DI MANA – MANA
DISINI, DEMI IKLIM PEMBANGUNAN YANG BAIK
KEMERDEKAAN BERPOLITIK HARUS DIBATASI
MENGATASI KEMISKINAN
MEMINTA PENGORBANAN SEDIKIT HAK ASASI”


astaga, tahi kerbo apa ini !!


apa disangka kentut bisa mengganti rasa keadilan ?
di negeri ini hak asasi dikurangi
justru untuk membela yang mapan dan kaya
buruh, tani, nelayan, wartawan dan mahasiswa
dibikin tidak berdaya


o, kepalsuan yang diberhalakan
berapa jauh akan bisa kau lawan kenyataan kehidupan


aku mendengar bising kendaraan
aku mendengar pengadilan sandiwara
aku mendengar warta berita
ada gerilya kota merajalela di eropa
seorang cukong bekas kaki tangan fasis
seorang yang gigih, melawan buruh
telah diculik dan dibunuh
oleh golongan orang – orang marah


aku menatap senjakala di pelabuhan
kakiku ngilu
dan rokok di mulutku padam lagi
aku melihat darah di langit
ya ! ya !
kekerasan mulai mempesona orang
yang kuasa serba menekan
yang marah mulai mengeluarkan senjata
bajingan dilawan secara bajingan
ya!
inilah kini kemungkinan yang mulai menggoda orang
bila pengadilan tidak menindak bajingan resmi
maka bajingan jalanan yang akan mengadili
lalu apa kata nurani kemanusiaan ?
siapakah yang menciptakan keadaan darurat ini ?
apakah orang harus meneladan tingkah laku bajingan resmi ?
bila tidak, kenapa bajingan resmi tidak ditindak ?
apakah kata nurani kemanusiaan ?


o, senjakala yang menyala !
singkat tapi menggetarkan hati !
lalu sebentar lagi orang kan mencari bulan dan bintang – bintang !


o, gambaran – gambaran yang fana !
kerna langit di badan tidak berhawa
dan langit di luar dilabur bias senjakala
maka nurani dibius tipudaya


ya ! ya !
akulah seorang tua !
yang capek tapi belum menyerah pada mati
kini aku berdiri di perempatan jalan
aku merasa tubuhku sudah menjadi anjing
tetapi jiwaku mencoba menulis sajak
sebagai seorang manusia






RENDRA
( pejambon, 23 oktober 1977 )

DARI KUMPULAN PUISI “POTRET PEMBANGUNAN DALAM PUISI”
( PUSTAKA JAYA – 1996 )


Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir 7 November 1935 di Solo - 7 Ogos 2009 di Jakarta) adalah penyair ternama yang kerap digelar sebagai "Burung Merak". Dia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak berada di kolej beliau sudah aktif menulis cerpen dan karangan di berbagai majalah.

(Ketahui lebih lanjut sila klik ke Wikipedia)

2 comments:

Pak Zawi said...

Sdr Azam,
Terima kasih kerana memberitahu saya tentang blog baru saudara.
Saya juga peminat sajak oleh penyair agung. Akan kerap datang kemari selepas ini.

Azam Abd Rahman said...

Sdr Zawi, ni bukan blog baru, ni lama punya..cuma selama ni saja tk nak beritahu. Silalah hadir selalu.